Minggu, 17 Juni 2012

Surat Cinta Untuk Anak-anak-ku (2)

Anakku Fadel Muhammad dan Reihani Jemila.
Assalamu'alaikum Warahmatullahiwabarakatuh.

Malam ini ayah ingin menulis lagi untuk kalian, ya khusus untuk kalian berdua.
Ayah ingin mengucapkan selamat pada kalian berdua. Siang tadi (Minggu, 17 Mei 2012) kalian menjadi peserta Khatam Qur'an di komplek kediaman kita, nun jauh di Padang sana, setidaknya jauh dari mata ayah. Ayah bangga dan bahagia, kalian bisa Khatam Qur'an. Sebuah prosesi budaya religius masyarakat kita, yang dulu ketika seumur kalian, ayah tak sempat jadi pesertanya.

Ayah tahu nak, kebahagiaan kalian hari ini memang tak lengkap karena ketidakhadiran ayah di sisi kalian berdua. Bertapa besar keinginan ayah untuk bersama kalian saat itu, mengantarkan kalian berdua ke Mesjid Raya Darussalam, mengikuti arak-arakan sekeliling komplek kita, memberikan air minum ketika kalian kehausan dalam perjalanan arak-arakan itu, memberikan suport saat tiba giliran kalian untuk melantunkan bacaan ayat-ayat suci al-Qur'an di podium tilawah. Sayang sekali, ayah berada jauh dari mata kalian, sungguhpun begitu kasih sayang dan do'a do'a ayah tak pernah berjarak dari diri kalian. Ayah berharap, belaian kasih sayang ibu dan adik kalian, perhatian etek, mak uwo dan juga nenek kalian bakal menyempurnakan kebahagian hari ini.

Anak-ku. 
Bagi ayah tak begitu penting, kalian jadi juara atau tidak dalam prosesi itu, sebab juara membaca al-Qur'an bukanlah tujuan. Ayah juga tak mewariskan bakat seni suara dalam darah kalian berdua. Yang jauh lebih penting adalah bagaimana kita memahami dan mengamalkan pesan-pesan yang ada di dalamnya. Pesan-pesan penuh cinta dari Allah, Tuhan kita. Tuhan yang kita yakini hidup dan mati kita berada dalam genggaman kuasa dan kasih sayang-Nya. Tuhan yang pada saatnya nanti kita semua pasti 'kembali' kepada-Nya, sebab kita memang "berasal" dari-Nya. Tak ada tempat lain untuk "kembali" nak, bahkan orang kafirpun 'berpulang' kepada-Nya juga. Bedanya hanyalah soal cara Allah 'menyambut' hamba-Nya yang datang dengan penuh cinta dan dengan hamba yang datang dengan tangan hampa, tanpa amal, apalagi cinta kepada-Nya.

Duhai permata hatiku.
Percayalah, isi al-Qur'an itu adalah pesan-pesan penuh cinta dari Pemilik Cinta Sejati pada para hamba-Nya. Yakin pulalah kalian, tak ada pesan dari Sang Pecinta yang tidak bermanfaat bagi yang dicintai-Nya. Oleh sebab itu, kita harus menerimanya dengan cinta pula. Membacanya, mempelajarinya, memahaminya dan mengamalkannya juga dengan cinta. Bila kita memperlakukannya dengan penuh cinta, maka kebahagiaan akan dilimpahkan kepada kita. Tak ada cinta yang bertaut yang tidak menghadirkan kebahagiaan,. Apalagi cinta Allah dengan cinta hamba-Nya.

Tetapi duhai anakku, perlu kalian ketahui ....
Cinta kepada Allah tak bisa tumbuh dan berkembang subur dengan seketika. Ia butuh pemeliharaan, pupuk, siraman amal ibadah sepenjang waktu, bahkan juga perjuangan yang meminta pengorbanan. Dan itu selayaknya dilakukan sejak manusia kecil, bukan saat kita telah dewasa saja, apalagi bila sudah tua. Bahkan cinta antar manusia bila hanya muncul saat sudah tua saja, tidak lagi membara, apalagi penuh dinamika.
Oleh sebab itu anakku, ayah begitu bangga, bahagia dan penuh harap, sejak kecil  -ketika kalian sudah bisa membaca al-Qur'an- setiap ba'da Maghrib, kalian bertiga sudah dibiasakan membaca al-Qur'an bersama-sama, sementara ayah dan ibu memperhatikan dan memberi tahu kalau ada bacaan kalian yang keliru. Ayah berharap kebiasaan itu menjadi.pupuk untuk cinta kalian pada Tuhan kita.

Analk-ku,
Seorang ahli tafsir bernama Muhammad Quraish Shihab pernah menulis; "al-Qur'an itu ibarat batu intan, ketika ia diasah dari sudut manapun, ia akan memantulkan cahaya yang demikian indah". Cahaya yang menghadirkan gemuruh cinta bagi siapa saja yang melihatnya, apalagi yang mengetahui betapa berharganya batu mulia itu. Siapapun yang membaca dan mempelajari al-Qur'an dengan sungguh-sungguh, ia akan memperoleh sesuatu yang sangat berharga dalam hidupnya. Sekalipun orang-orang yang mempelajari al-Qur;an itu saling berbeda tingkat pemikiran dan latar belakang pendidikannya atau ilmunya. Al-Qur'an akan selalu jadi hidayah bagi setiap orang dalam perjalalan hidupnya. Ia juga akan selalu jadi obat hati, baik dikala sedih, menderita, bahkan di saat seseorang begitu gembira atau terlalu bahagia.
Maka kelak, apapun profesi yang bakal kalian jalani, bagi ayah tak jadi persoalan, selagi profesi itu adalah baik. Yang penting bagi ayah, saat kalian menjalaninya, nafas al-Qur'an selalu hadir pada setiap langkah kehidupan kalian. Kalau sudah begitu, ayah takkan pernah meragukan kalian, sebab kalian kan selalu berada dalam lindungan rahmat Allah yang pasti mencintai kalian sebagai hamba-Nya.
Ayah kan tetap berupaya dan selalu berdo'a, agar hidup kalian penuh dengan CINTA.

                          Ciputat, 17 Juni 2012. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar